HIMA PERSIS

qrcode

Minggu, 21 Oktober 2012

Terapi Dinamika Organisasi dengan Infaq dan Shabar

dok. pribadi
(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (QS.Ali-Imran :134)

                Manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa sedetikpun melepaskan bantuan dari orang lain, semua yang kita makan,minum, pakai, lihat pasti ada orang lain yang berperan didalamnya. dalam kehidupan sehari-hari tidak jarang kita mendapati orang lain membantu pekerjaan kita ataupun sebaliknya, kita membantu pekerjaan orang lain. namun dalam dinamika sosial, hubungan individu dengan individu yang lain tidak selamanya baik, kadang kita mendapatkan ketidak se-pahaman dengan orang lain yang membuat kita kadang merasa jengkel berujung marah. Begitu pula orang lain, kadang karena perbuatan kita, banyak orang merasa risih dan terganggu, baik disadari atau tidak sama sekali. Begitu pula dengan hal menyangkut perekonomian, keadaan ekonomi seseorang tidak selalu cukup dn tidak selamanya kurang asal ia mau berusaha, kita sering sekali menemukan orang-orang menengadahkan tangan di perempatan jalan untuk sesuap nasi, juga banyak orang yang berlomba-lomba memberikan harta terbaiknya untuk menolong kehidupan sesama, hal ini tentu merupakan dari ragam warna kehidupan yang menuntut kita mampu memilih sikap sesuai keadaan.


                Allah Swt dalam wahyu yang Ia turunkan melalui Jibri As kepada Nabi Muhammad Saw memberikan arahan langsung apa yang harus kita perbuat dalam dahsyatnya gelombang pergaulan manusia. Allah mengajarkan kepada kita untuk meng-infaq-kan harta kita baik dalam keadaan lapang maupun sempit  dan menahan amarah dan memaafkan kesalahan orang lain sebagaimana yang telah saya kutip dari ayat al-Qur’an diatas.


                Al-Maraghi menuliskan dalam kitabnya bahwa melakukan infaq dalam dua kondisi, yaitu mudah dan sempit menunjukan ketaqwaan (al-Maraghi juz IV:117), kita bisa mengeluarkan infaq bergantung pada kemampuan kita, kita bisa memberikan infaq kepada pengamen di Bus Damri saat kita pulang sekolah, membayar infaq bulanan atau biasa kita kenal dengan Uang Kas, memberikan ongkos lebih kepada Mang Becak yang bersedia mengantarkan kita tepat di depan sekolah, atau mentraktir makan siang teman yang membawa bekal pas-pasan dengan niat semata-mata karena Allah Swt.


                Dalam menyikapi sifat manusia yang kadang tidak sesuai dengan kepribadian kita pun Allah Swt telah memberikan arahanya kepada kita untuk senantiasa bisa bersabar dan memberi maaf kepada orang lain. Orang yang menahan dan mengekang perasaan amarahnya, tidak mau melampiaskan, sekalipun hal itu bisa saja ia lakukan merupakan perbuatan yang jarang bisa dilakukan oleh setiap orang (al-Maraghi Juz IV:121). Setiap hari kita disibukan dengan situasi yang kadang kala menguras kesabaran kita, lalu lintas yang  macet, pengendara lain yang menabrak dari belakang, teman yang sulit sekali mengerti saat kita menjelaskan materi dalam tugas kelompok, teman yang mengobrol pertandingan bola semalam padahal guru sedang seru menjelaskan bab fluida saat pelajaran fisika, atau amanah kepanitiaan yang begitu banyak sampai-sampai kita sibuk oleh sms undangan rapat yang mengganggu jam tidur siang. Semua ini bisa kita lalui dengan perasaan senang tentu jika kita melewatinya dengan kesabaran. Belum lagi kesabaran akan meningkatkan derajat kita jauh diatas orang-orang yang tidak bisa menahan emosinya.


                Dalam sisa umur kita yang kian hari kian berkurang kita bersama bertekad untuk meningkatkan kesabaran, kepekaan sosial kita dengan berinfaq dalam keadaan lapang dan sempit dengan niat semata-mata karena Allah, berharap kita bisa masuk dalam golong orang-orang yang dicintai-Nya, masuk kedalam surga-Nya yang penuh dengan kenikmatan. Mulailah dari hal yang terkecil, karena sesuatu yang besar dimulai dengan hal yang kecil dan kehidupan sukses dimasa depan dimulai dari hari ini.(Trias, 2012) 

Sabtu, 20 Oktober 2012

Basa-basi masa orientasi


sumber : google.com
Ada suatu budaya yang berkembang di tataran lingkungan kampus saat penerimaan mahasiswa baru di setiap universitas, baik itu penyambutan oleh kakak angkatan atau ‘penyambutan’ yang bisa dibilang kuno, malah terkesan primitif bagi pola fikir seorang mahasiswa.  Betapa tidak, di peralihan era informasi menuju era konseptual ini banyak mahasiswa yang masih berfikiran jumud, atau tidak berfikir out of the box, masih mengimplementasikan nilai-nilai kekerasan bertopeng kedisiplinan, dan perkataan kotor berdalih ketahanan mental.
                Hampir genap dua tahun saya duduk sebagai mahasiswa, menyaksikan berbagai jenis masa orientasi yang diterapkan, mulai dari pola wawancara yang menerapkan prinsip egaliterianisme, begitu santun kaka tingkat bertanya pada adik kelas barunya, juga yang muda begitu hormat menjawab pertanyaan kaka tingkatnya. Pada keadaan yang lain, mahasiswa baru menunduk dengan perasaan ‘takut’ sembari menyanyi plus topi segitiga diatas kepalanya  ditambah barang bawaan yang lebih dari normal. Tampaknya model orientasi seperti ini lebih familiar di ingatan kita, bagaimana mereka harus membawa ‘ minuman tujuh turunan’ ditambah ‘piramid’, datang pagi sekali, lalu tiba di lokasi siap-siap untuk disentak tanpa alasan yang masuk akal.
                Sebagai seorang mahasiswa, saya berfikir, lantas apa differensiasi antara siswa dan mahasiswa? para siswa di SMA melakukan masa orientasi yang modelnya hampir sama dengan kejadian diatas, bukan konten acaranya, tetapi substansi dari konten acara tersebut yang lebih mengarah pada pemerkosaan hak-hak siswa atau mahasiswa baru. Pernah terlintas dalam diri saya, ternyata para kakak angkatan memberikan model orientasi seperti itu agar menimbulkan kesan bagi adik tingkatnya, dan ternyata hal itu benar, mayoritas adik tingkatnya merasa berkesan, tentu kesan buruk kepada kakak angkatan. Darimana saya bisa katakan hal itu? Mari cermati bersama, mengapa pola orientasi dari tahun ke tahun hampir sama dan cenderung tetap seperti yang kita lihat? Hal itu karena ada kesan kurang baik pada adik kelas pada kaka tingkatnya dulu, oleh sebab itu angkatan yang telah merasakan masa orientasi ‘melampiaskan’ hal yang sama pada adik kelasnya. Hal ini akan berakibat fatal bagi paradigma awal para mahasiwa yang seolah di didik untuk menjaga warisan budaya sentak-sengor(sunda:menyentak dengan kasar).
                Masa Orientasi mahasiswa baru harus diperlakukan sebagai Instrumen kaderisasi yang efektif juga jitu memecah perbedaan angkatan, senioritas juga batas pertemanan. Islam telah mengajarkan kepada kita agar memperlakukan yang kecil dengan kasih sayang, dan memperlakukan yang lebih tua dengan rasa hormat. Sebagai seorang muslim, sudah cukuplah bagi kita menjadikan hal ini sebagai basis masa orientasi, menghargai mahasiswa baru sebagai manusia yang merdeka, tanpa ada kekangan senioritas, dinding keangkuhan usia, atau sebuah hegemoni angkatan yang terkesan menjelma menjadi sebuah kekuatan tangan besi.
                Dari kesadaran diatas, sudah sepantasnya bagi kita bersikap objektif dalam menyikapi sesuatu, tanpa embel-embel pembelaan pada kawan dekat atau kelompok tertentu, atau sebuah pemikiran ketakutan kalah pengaruh. Sudah saatnya bagi kita keluar dari berbagai macam kejumudan pola fikir, keluar dari alasan hukuman push-up sebagai alasan untuk olahraga dan kesehatan, padahal kita tahu olahraha yang menyehatkan itu bukan satu atau dua kali, tetapi harus rutin dengan frekuensi yang ditentukan. Sudah tiba waktunya bagi para mahasiswa merasa senang dengan pengumuman akan ada masa orientasi dikarenakan para kaka tingkat yang welcome menerima adik tingkatnya secara tulus dan ikhlas mendidik, seperti halnya petani yang merawat tanamanya agar tumbuh subur juga besar.
                Tulisan ini bukan saya maksudkan untuk sekedar curahan hati atau malah provokasi, tulisan ini semata-mata ingin membuka  pola fikir kita bersama menuju masa depan yang lebih baik, karena dengan sebuah harapan dan optimisme kita akan menjalani masa depan yang cerah bersamaan, masa depan yang diberkahi, penuh dengan kebahagiaan dan kekompakan.