Shalat
adalah salah satu ibadah yang diperintahkan dalam Islam. Nabi Saw menerangkan
bahwa shalat merupakan tiang agama; barang siapa yang mendirikan shalat maka ia
telah mendirikan agama, dan barang siapa yang meninggalkan shalat maka ia telah
merobohkan agama. Dalam beberapa kajian kepesantrenan-pun dibahas bahwa perbedaan
antara muslim dan non-muslim adalah shalat.
Jika
kita perhatikan, efek dari shalat ini sangatlah besar, terutama pada keseharian
seorang muslim. Kita bisa mengetahui bagaimana kualitas kehidupan seorang
muslim dari shalatnya, semakin baik shalatnya, maka semakin baik kualitas
kehidupanya. Allah berfirman :
“Tahukah kamu(orang)
yang mendustakan agama?Maka itulah orang yang menghardik anak yatim. Dan tidak
mendorong memberi makan orang miskin. Maka celakalah orang yang shalat. (yaitu)
orang-orang yang lalai dalam shalatnya. Yang berbuat ria. Dan enggan memberi
bantuan. (al-Ma’un [107]:1-7)
Jika mengingat
apa makna pada ayat empat dan lima, “Maka
celakalah orang yang shalat. (yaitu) orang-orang yang lalai dalam shalatnya” dalam tafsir al-maraghi dikemukakan bahwa
orang yang shalatnya tidak membekas didalam jiwanya sedikitpun dan tidak
membuahkan hasil dari tujuan shalat akan disiksa, yakni orang yang shalat hanya
sebatas gerakan badan saja. Hal ini karena hatinya kosong, tidak menghayati apa
yang dikatakan oleh mulutnya, dan shalatnya tidak membekas atau berpengaruh
terhadap tingkah lakunya.
Mari
kita lihat bagaimana kenyataan yang terjadi di negri yang makmur dan orang
menjuluki negri ini “sepotong tanah dari
surga”
Indonesia
hari ini adalah warga Indonesia yang begitu konsumtif, mewah dan modis. Saat
kita melihat generasi muda, kita menemukan pemuda yang ambisius dan
matrealistis. Saat kita mmperhatikan para remaja, kita bosan dengan update status situs jejaring sosial yang
memuat hal- hal tidak terlalu penting yang notabene adalah curhatan pribadi,
saat kita mengalihkan perhatian pada orang tua kita, kita mendengar kasus
korupsi, kisruh politik atau kasus penyalahgunaan jabatan.
Para
pemuda sebagai “pewaris tahta” Indonesia terkelabui dengan harapan-harapan
sekolah cepat kerja atau sekolah dengan mengharap nantinya mendapat gaji yang
besar, hal ini adalah pola pikir yang umum terjadi pada pemuda hari ini. begitu
pula dengan para remaja yang terbius dengan pergaulan gaya barat yang
mementingkan penampilan luar semata. Hari ini kita menemukan para remaja yang
tergila-gila pada aktor atau aktris dalam maupun luar negri. Sosok para
ilmuwan, guru kelas yang mengajar mata pelajaran biologi tidak lagi dipandang keren dimata mereka, atau malah Nabi
Muhammad Saw, orang yang paling pantas diteladani dan orang barat sekalipun
mengakuinya tidak menjadi rujukan dari kehidupan. Atau ayah dan ibu kita yang
hari ini duduk di kursi pemerintahan bekerja dengan sepenuh hati melayani
rakyat harus dinodai dengan para oknum pejabat yang lebih senang berbohong dan
mengantongi pajak rakyat yang dikeluarkan dengan keringat dan darah.
Inilah
negeri Indonesia, negara muslim terbesar di dunia, negara dengan sumber daya
alam yang luar biasa, sekaligus rakyat yang tidak sejahtera.
Kita
perlu menyadari mulai dari diri kita sendiri, sejauh mana kualitas shalat
kita?sejauh mana dampak shalat bagi diri kita?mungkin keadaan Indonesia yang
tidak membaik adalah karena diri kita yang tidak mau menyerukan kebajikan satu
sama lain.
Banyak
makna yang terkandung dalam shalat, saat kita sujud, wajah dan kaki kita sama
rata tidak ada yang membedakan mana yang lebih tinggi mana yang lebih rendah.
Mungkin saja dalam kehidupan sehari-hari kita lupa dan sering menganggap rendah
orang lain karena kita mengenakan baju yang lebih cerah warnanya daripada teman
sekelas kita, atau menganggap remeh pada orang tua yang sedang berjualan dikios
buah-buahan yang mereka tidak menginjak bangku universitas seperti yang kita
alami, atau memelototi pelajar SMA dengan alasan kita sudah berstatus
mahasiswa. Hal ini terjadi karena kita melupakan esensi dari shalat itu
sendiri.
Kita
begitu merindukan keadaan ekonomi Indonesia yang stabil, anak-anak kecil
berpakaian putih merah dengan topi dan dasi kecil berlarian menuju sekolah
dasar tanpa merisaukan bagaimana mereka membeli buku tulis dan pensil, atau
para mahasiswa yang penuh semangat memasuki gedung fakultas tanpa khawatir akan
di-cuti-kuliahkan karena kekurangan biaya.
Andai
saja muslim Indonesia melaksanakan shalat sesuai dengan apa tujuan shalat itu,
tentu kita tidak akan se-menyedihkan ini, andai mereka bisa memaknai sujud jauh
lebih baik, tidak akan ada perbedaan status ekonomi dan sosial yang meruncing,
andai saja shalat kita berdampak pada perbuatan kita sehari-hari, kasus korupsi
akan menyusut dengan cepat, kejahatan akan mudah untuk di-identifikasi,
Indonesia akan lebih lebih baik. Mudah-mudahan Allah mengampuni dosa-dosa kita
semua dan memasukan kita kedalam orang-orang yang khusu’.Aamiin. Wallahu a’lam. (dikutip dari : Portal Dunia Trias)
1 tanggapan:
Orang yang shalat saja masih ada kemungkinan terkena ancaman siksa neraka.
Maka bagaimana kah saudara kita yang shalatnya masih "belang betong" atau bolong-bolong.
Kita harus dapat mengajak dan mengingatkan mereka,,,,
Posting Komentar