HIMA PERSIS

qrcode

Rabu, 16 November 2011

Shalat : Sebuah Ritual Menuju Indonesia yang lebih Sejahtera


Shalat adalah salah satu ibadah yang diperintahkan dalam Islam. Nabi Saw menerangkan bahwa shalat merupakan tiang agama; barang siapa yang mendirikan shalat maka ia telah mendirikan agama, dan barang siapa yang meninggalkan shalat maka ia telah merobohkan agama. Dalam beberapa kajian kepesantrenan-pun dibahas bahwa perbedaan antara muslim dan non-muslim adalah shalat.
Jika kita perhatikan, efek dari shalat ini sangatlah besar, terutama pada keseharian seorang muslim. Kita bisa mengetahui bagaimana kualitas kehidupan seorang muslim dari shalatnya, semakin baik shalatnya, maka semakin baik kualitas kehidupanya. Allah berfirman :
“Tahukah kamu(orang) yang mendustakan agama?Maka itulah orang yang menghardik anak yatim. Dan tidak mendorong memberi makan orang miskin. Maka celakalah orang yang shalat. (yaitu) orang-orang yang lalai dalam shalatnya. Yang berbuat ria. Dan enggan memberi bantuan. (al-Ma’un [107]:1-7)
Jika mengingat apa makna pada ayat empat dan lima, “Maka celakalah orang yang shalat. (yaitu) orang-orang yang lalai dalam shalatnya”  dalam tafsir al-maraghi dikemukakan bahwa orang yang shalatnya tidak membekas didalam jiwanya sedikitpun dan tidak membuahkan hasil dari tujuan shalat akan disiksa, yakni orang yang shalat hanya sebatas gerakan badan saja. Hal ini karena hatinya kosong, tidak menghayati apa yang dikatakan oleh mulutnya, dan shalatnya tidak membekas atau berpengaruh terhadap tingkah lakunya.
Mari kita lihat bagaimana kenyataan yang terjadi di negri yang makmur dan orang menjuluki negri ini “sepotong tanah dari surga”
Indonesia hari ini adalah warga Indonesia yang begitu konsumtif, mewah dan modis. Saat kita melihat generasi muda, kita menemukan pemuda yang ambisius dan matrealistis. Saat kita mmperhatikan para remaja, kita bosan dengan update status situs jejaring sosial yang memuat hal- hal tidak terlalu penting yang notabene adalah curhatan pribadi, saat kita mengalihkan perhatian pada orang tua kita, kita mendengar kasus korupsi, kisruh politik atau kasus penyalahgunaan jabatan.
Para pemuda sebagai “pewaris tahta” Indonesia terkelabui dengan harapan-harapan sekolah cepat kerja atau sekolah dengan mengharap nantinya mendapat gaji yang besar, hal ini adalah pola pikir yang umum terjadi pada pemuda hari ini. begitu pula dengan para remaja yang terbius dengan pergaulan gaya barat yang mementingkan penampilan luar semata. Hari ini kita menemukan para remaja yang tergila-gila pada aktor atau aktris dalam maupun luar negri. Sosok para ilmuwan, guru kelas yang mengajar mata pelajaran biologi tidak lagi dipandang keren dimata mereka, atau malah Nabi Muhammad Saw, orang yang paling pantas diteladani dan orang barat sekalipun mengakuinya tidak menjadi rujukan dari kehidupan. Atau ayah dan ibu kita yang hari ini duduk di kursi pemerintahan bekerja dengan sepenuh hati melayani rakyat harus dinodai dengan para oknum pejabat yang lebih senang berbohong dan mengantongi pajak rakyat yang dikeluarkan dengan keringat dan darah.
Inilah negeri Indonesia, negara muslim terbesar di dunia, negara dengan sumber daya alam yang luar biasa, sekaligus rakyat yang tidak sejahtera.
Kita perlu menyadari mulai dari diri kita sendiri, sejauh mana kualitas shalat kita?sejauh mana dampak shalat bagi diri kita?mungkin keadaan Indonesia yang tidak membaik adalah karena diri kita yang tidak mau menyerukan kebajikan satu sama lain.
Banyak makna yang terkandung dalam shalat, saat kita sujud, wajah dan kaki kita sama rata tidak ada yang membedakan mana yang lebih tinggi mana yang lebih rendah. Mungkin saja dalam kehidupan sehari-hari kita lupa dan sering menganggap rendah orang lain karena kita mengenakan baju yang lebih cerah warnanya daripada teman sekelas kita, atau menganggap remeh pada orang tua yang sedang berjualan dikios buah-buahan yang mereka tidak menginjak bangku universitas seperti yang kita alami, atau memelototi pelajar SMA dengan alasan kita sudah berstatus mahasiswa. Hal ini terjadi karena kita melupakan esensi dari shalat itu sendiri.
Kita begitu merindukan keadaan ekonomi Indonesia yang stabil, anak-anak kecil berpakaian putih merah dengan topi dan dasi kecil berlarian menuju sekolah dasar tanpa merisaukan bagaimana mereka membeli buku tulis dan pensil, atau para mahasiswa yang penuh semangat memasuki gedung fakultas tanpa khawatir akan di-cuti-kuliahkan karena kekurangan biaya.
Andai saja muslim Indonesia melaksanakan shalat sesuai dengan apa tujuan shalat itu, tentu kita tidak akan se-menyedihkan ini, andai mereka bisa memaknai sujud jauh lebih baik, tidak akan ada perbedaan status ekonomi dan sosial yang meruncing, andai saja shalat kita berdampak pada perbuatan kita sehari-hari, kasus korupsi akan menyusut dengan cepat, kejahatan akan mudah untuk di-identifikasi, Indonesia akan lebih lebih baik. Mudah-mudahan Allah mengampuni dosa-dosa kita semua dan memasukan kita kedalam orang-orang yang khusu’.Aamiin. Wallahu a’lam. (dikutip dari : Portal Dunia Trias)

1 tanggapan:

Orang yang shalat saja masih ada kemungkinan terkena ancaman siksa neraka.
Maka bagaimana kah saudara kita yang shalatnya masih "belang betong" atau bolong-bolong.
Kita harus dapat mengajak dan mengingatkan mereka,,,,

Posting Komentar