Di dalam dunia pemrograman komputer dikenal istilah algoritma, yakni runtutan langkah-langkah untuk memecahkan suatu permasalahan. Sebenarnya algoritma tidak hanya digunakan dalam ilmu pemrograman komputer, tapi juga dalam banyak hal, seperti teka-teki, puzzle dan lain-lain. Bahkan permasalahan kehidupan yang abstak sekalipun dapat dipecahkan dengan menggunakan prinsip-prinsip yang ada dalam algoritma. Tapi dalam catatan ini saya tidak akan membahas bagaimana meggunakan algoritma dalam memecahkan berbagai persoalan. Untuk itu cukup pelajari buku-buku tentang algoritma dan coba untuk terapkan dalam permasalahan yang sederhana sampai yang kompleks, yang konkrit maupun yang abstrak.
Saya akan memulai pembahasan dari sudut pandang algoritma sebagai metode yang juga digunakan oleh Allah untuk mengatur takdir manusia.
Suatu ketika seorang sahabatku melontarkan pertanyaan, "Apakah ketika seseorang bunuh diri, hal itu berarti takdir yang sudah ditetapkan oleh Allah untuknya?"
maka saya menjawab, takdir dapat dibagi menjadi dua, yakni takdir yang dipengaruhi oleh usaha makhluk (manusia) dan takdir yang tidak dipengaruhi oleh usaha. Nah, yang mana yang termasuk takdir yang tidak dapat diubah, dan yang mana takdir yang dapat beruah atau dengan kata lain bergantung dari usaha manusia itu?
Semenjak manusia ditiupkan ruhnya ke dalam janin dalam kandungna ibunya, Allah telah menggariskan jalan hidup atau takdirnya mulai dari lahirnya hingga akhir kehidupan atau kematiannya. Sebagaimana kita pahami bersama, -bukan seperti paham Qodariyah yang mengatakan bahwa jalan hidup manusia seluruhnya ditentukan oleh pilihan dan usaha manusia itu sendiri, dan bukan juga paham Jabbariyah yang beranggapan bahwa takdir manusia seluruhnya ditentukan oleh Allah dan manusia tidak sanggup ikut campur tangan mengatur jalan hidupnya- manusia hidup dengan takdirnya sesuai dengan yang telah digariskan oleh Allah Sang Pengatur. Kalaupun dikatakan Allah mengatur seluruhnya jalan hidup manusia, keseluruhan itu meliputi skenario yan telah Allah gariskan, dan jumlah tak terhinga dari script algoritma yang memuat skenario tersebut. Paham maksudnya?? mari kita lanjutkan..
Untuk lebih mudah kiranya akan saya coba untuk menyederhanakan hal tersebut dengan menganalogikan takdir dengan sebuah software. dalam hal ini Allah sebagai Sang Programmer membuat jumlah tak terhitung dari baris-baris perintah program untuk menciptakan sebuah software Taqdir (katakanlah Software Qadha dan Qadar) untuk setiap hambanya. Baris-baris perintah program itulah skenario yang dibuat oleh Allah untuk seorang manusia, yang akan dieksekusi berdasarkan kondisi sesuai atau memenuhi aturan algoritma yang telah disusun. Apabila kita masukkan faktor 'takdir yang bisa diubah' dengan 'takdir yang tidak bisa diubah' ke dalam analogi ini, maka 'takdir yang bisa diubah' adalah kondisi pencapaian dari suatu algoritma -baik itu algoritma pemilihan, pengulangan, pencarian, dan sebagainya- yang berada pada tangan manusia sebagai operator sekaligus subjek software yang menjadi input sekaligus output dari software itu. Sedangkan 'takdir yang tidak dapat diubah' adalah baris-baris script program yang siap untuk dieksekusi setelah kondisi pencapaian algoritma (atau tindakan operator) terpenuhi.
Untuk lebih mudahnya, mari kita lihat satu kasus eksekusi program Qadha dan Qadar ini. Sebelumnya saya ingatkan kembali bahwa manusia memiliki kemampuan untuk bertindak (atau berlaku sebagai operator) untuk mendapatkan takdirnya, sebagaimana dalam al-Quran diisyaratkan 'faman sya'a falyu`min waman sya'a falyakfur' (barangsiapa yang ingin beriman maka ia boleh beriman, dan barangsiapa yang ingin kafir maka silakan kafir) atau ayat yang mengatakan 'fa alhamaha fujuraha wa taqwaha' (dan Allah telah mengilhamkan kepada manusia potensi berbuat buruk dan potensi bertakwa). Suatu ketika ada seorang manusia lahir. maka ia mulai masuk dan barjalan dalam sistem program tersebut. kemudian misalkan suatu ketika ia memilih untuk belajar dengna giat. maka pilihannya untuk belajar giat itu akan mengeksekusi baris perintah yang membuat ia mendapatkan ilmu. Apabila ia mengulang-ulang belajar giat, maka itu artinya ia mengulang-ulang eksekusi untuk mendapatkan ilmu. Dalam lain hal, ketika ia memilih jalan mencuri untuk mendapatkan rizki, maka baris program 'mendapatkan rizki' dieksekusi, diikuti oleh baris program lain sebagai akibat jalan yang dipilihnya itu. jika ia kembali ke jalan yang benar, maka jalan hidupnya akan berubah, dan bila ia tetap mengulang hal yang sama, itu artinya ia mengeksekusi akibat-akibat dari perbuatannya secara terus menerus. Akhirnya Program berhenti setelah semua baris program selesai dieksekusi. Dalam takdir manusia berarti program Qadha Qadar berakhir ketika baris program 'kematian' dieksekusi. Masalah dengan cara apa ia mati, itu pun kembali pada kondisi manusia itu ketika ia hendak mati. Misalnya, ketika saat kematiannya hampir tiba, dan ia sedang berada di stasiun, maka script kematiannya mungkin dengan cara kecelakaan tergilas kereta api, atau ditusuk pisau oleh pencopet, atau cara lainnya sesuai keinginan Allah yang membuat baris program itu. ketika misalnya manusia itu tidak keluar rumah di waktu menjelang kematiannya, maka mungkin script program yang akan dieksekusi adalah script cara kematian terkena serangan jantung, atau jatuh terpeleset di kamar mandi, atau tersetrum baterai hape (bisa saja kan, kalo misalnya hapenya lagi dicas dan casnya rusak kemudian terjadi hubungan singkat listrik melalui tubuhnya, ia tersengat dan mati) atau cara lain yang mungkin saja tidak masuk akal namun tidak mustahil bagi Allah Sang Programmer. Hal ini mengandung hikmah, tidak ada hal yang mustahil bagi Allah, dan ketika waktu kematian sudah tiba, maka manusia tidak akan dapat lari dari kematian tersebut, karena setiap kondisi yang tengah dialami memiliki pilihan eksekusi program kematian tersendiri pula. begitulah..
Hal ini persis seperti algoritma pemrograman dalam development software-nya anak informatika. bedanya, program buatan manusia akan berhenti running setelah user memilih opsi exit dari program tersebut. Sedangkan Program Qadha Qadar Allah senantiasa running pada diri manusia hingga akhir script program tersebut yakni kematian. Dan akhirnya jawaban untuk pertanyaan sahabatku di awal tadi, bunuh diri adalah pilihan user atau operator program itu untuk men-terminate program tersebut secara langsung sehingga program itu berhenti dengna paksa, atau dengan kata lain manusia itu mati. Berkenaan dengan waktu kematian, hal itu merupakan bagian dari script perintah yang ditentukan oleh Allah dan tidak dapat diganggu gugat. permasalahan selanjutnya hanyalah dengan cara apa manusia itu mati, apakah mengikuti prosedur yang sudah ditetapkan oleh Allah hinga baris-baris perintah selesai dieksekusi seluruhnya, atau ia mencoba untuk mematikan dengan paksa program tersebut (kalo di Wind*ws seperti mematikan program secara pakse melalui Task Manager). Begitulah..
Satu hal terakhir yang ingin saya sampaikan, bila kita mencoba untuk menghitung jumlah baris program yang dimiliki sebuah operating system, maka kita akan menemukan ratusan ribu baris perintah, atau bahkan jutaan. Sekarang silakan cukup bayangkan saja berapa banyak baris perintah dan percabangan dari program Qadha Qadar Allah yang dilekatkan pada diri setiap manusia, dan dengan asumsi setiap manusia yang hidup memiliki jalan hidup yang berbeda, maka sebanyak itulah script program yang dibuat oleh Allah untuk mengatur kehidupan manusia. Sungguh, Maha Besar, Maha Suci dan Maha Segalanya Allah Sang Programmer!
Satu hal lagi (berarti yang di atas bukan terakhir), mengutip suatu riwayat yang diajarkan oleh Rasuullah saw., Jalan Yang Lurus (As-Shiraat al-Mustaqim) itu hanya ada satu, dan di kiri dan kanan jalan yang lurus itu ada banyak jalan (yang artinya bukan Jalan Yang Lurus). Sehingga, ketika kita menemukan suatu percabangan dalam hidup kita, dan ternyata kita memilih jalan yang melenceng, maka segeralah ubah pilihan jalanmu itu untuk kembali ke jalan yang lurus. Kalo dianalgikan dengan statement if..then..else.. yang berada dalam tag statement While.. (naon deuih?), pilihlah kondisi yang dapat mengembalikan program untuk mengeksekusi baris perintahnya as-Shirat al-Mustaqim tadi. dan teruslah seperti itu hingga kita tiba di script terakhir Program kita. Oke deh..
Selamat menggunakan Program Aplikasi Qadha Qadar dengn baik dan benar sesuai buku panduan yang tersedia! V^^
Tulisan ini hanyalah sebuah opini hasil perenungan yang tidak berdalil, namun mudah-mudahan membuka pikiran untuk lebih mendorong diri menelusuri hakikat Qadha dan Qadar yang diajarkan oleh Allah dan Rasulnya. Saat tulisan ini diposting, penulis masih bergelut dengan terjemahan buku Qadha dan Qadar karya Ibn Qayyim al-Jauziyah. Kritik dan diskusi sangat diharapkan dengan senang hati.
0 tanggapan:
Posting Komentar